Ketika waktu kuliah dulu, saya pernah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan dasar yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Sebagaimana kegiatan pelatihan biasanya, kegiatanpun diisi dengan berbagai macam materi dan juga permainan, salah satu permainannya adalah meniup sebuah balon hingga meledak/pecah.
Saya yang waktu itu menjadi peserta mulai meniup balon tersebut, karena ingin supaya balonnya segera meledak dan takut juga kalau meledaknya bisa terkena muka, akhirnya saya melakukan kecurangan, dengan sedikit mencubit balon tersebut hingga meledak.
Beberapa balon peserta lain juga sudah mulai meledak, namun ada juga yang nampaknya masih belum meledak meski ukuran balonnya sudah besar.
Singkat cerita, semua balon peserta sudah meledak, dan tibalah giliran panitia menjelaskan esensi dari permainan tersebut.
Salah satu panitia menjelaskan, bahwa bagi setiap peserta yang baru kali ini mengikuti permainan tersebut, maka itu akan menggambarkan karakteristik pribadinya. Jadi pasti ada yang mengikuti permainan tersebut dengan jujur dan ada juga yang menggunakan jalan pintas.
Hal tersebut menggambarkan kepribadian masing-masing, bagi yang meniup balon hingga meledak tanpa melakukan kecurangan akan menggambarkan pribadi yang jujur dan berusaha menggapai tujuan-tujuannya dengan cara yang benar disertai kesabaran.
Tetapi bagi yang melakukan tindakan curang semisal mencubit atau menusuk bolanya sehingga bola meledak sebelum waktunya, berarti menggambarkan bahwa pribadi tersebut bukanlah pribadi yang penyabar dan tidak mau mengikuti prosedur yang seharusnya.
Panitia tersebut tidak menanyakan siapa saja yang melakukan kecurangan, dia hanya berpesan bahwa yang melakukan kecurangan bisa mulai merenungi dan memperbaiki lagi dirinya sendiri, karena itulah gambaran kepribadiannya saat ini, kalau tidak memperbaiki diri, maka kedepannyapun akan tetap sama.
Saat tulisan ini dibuat, mungkin kegiatan pelatihan tersebut sudah sekitar tujuh tahun berlalu, tetapi masih cukup melekat diingatan saya. Sekarang saya mulai tersadar kalau selama ini yang saya lakukan banyak yang salah, padalah saya tahu itu salah, tetapi saya masih saja belum memperbaiki diri.
Salah satu kesalah tersebut alalah dalam proses belajar, selama ini saya masih fokus ke hasil bukannya proses. Sebagai contoh, ketika dulu saya mulai belajar pemrograman PHP, saya malah langsung belajar CRUD tanpa belajar dasar terlebih dahulu, setelah itu saya juga malah susah payah belajar framework Codeigniter, padalah OOP pun belum faham.
Akhirnya saya benar-benar faham akan kesalahan cara belajar tersebut, sekarang saya kembali belajar hal-hal paling dasar terlebih dahulu, lalu berlanjut sesuai dengan tingkatannya. Dengan cara tersebut ternyata proses belajarnya bisa lebih cepat, dan saya pun menjadi faham dengan apa yang saya ketikan.
Mungkin ini hanyalah salah satu pengalaman kelam saya, bagi teman-teman yang mungkin mengalami hal sama, mari kita kembali ke jalan yang benar dengan cara belajar yang benar.
Baca juga : Menemani Om Peter Jack Kambey Jalan-Jalan di Situ Gunung Suspension Bridge